Sinyal adalah suatu isyarat atau pemberitahuan yang dapat ditangkap oleh indera
untuk kepentingan penyampaian peringatan, petunjuk, atau informasi. Sinyal
merupakan sebuah fungsi yang berisi informasi mengenai keadaan tingkah laku
dari sebuah sistem secara fisik. Meskipun sinyal dapat diwujudkan dalam
beberapa cara, dalam berbagai kasus, informasi terdiri dari sebuah pola dari
beberapa bentuk yang bervariasi. Sebagai contoh sinyal mungkin berbentuk sebuah
pola dari banyak variasi waktu atau sebagian saja.
Secara matematis, sinyal merupakan fungsi dari
satu atau lebih variable yang tidak bergantung (independent variable). Sebagai contoh, sinyal wicara akan
dinyatakan secara matematis oleh tekanan akustik sebagai fungsi waktu dan
sebuah gambar dinyatakan sebagai fungsi ke-tajaman-an (brightness) dari dua variable ruang (spatial).
Untuk analisis, sebuah sinyal dapat didefinisikan sebagai
sebuah fungsi matematika yang secara umum dapat ditulis sebagai berikut:
y = f (x)
dengan x adalah variabel atau peubah yang independen (nilainya tidak
bergantung pada nilai peubah lain) dan y
(sinyal) merupakan peubah yang tidak independen (dalam hal ini nilai y bergantung pada nilai x. Peubah independen menentukan domain
(daerah asal) dari sinyal, misalnya
- y = sin (ωt) adalah suatu fungsi dengan variabel dalam domain waktu (time-domain) t sehingga merupakan sinyal yang berubah terhadap waktu (time-signal).
- x(ω) = 1/(-mω2 + icω + k) adalah sinyal yang mempunyai domain frekuensi yaitu ω atau disebut frequency-domain signal.
- Intensitas citra (image) I(x,y) merupakan sinyal yang mempunyai domain spasial atau disebut spasial-domain signal.
Pada Gambar 2.1, ditunjukkan contoh sinyal fungsi
waktu yang diperoleh dari sebuah rekaman audio.
Gambar 2.1.
Contoh Sinyal Audio
Secara umum, variable yang tidak bergantung (independent) secara matematis diwujudkan
dalam fungsi waktu, meskipun sebenarnya tidak menunjukkan waktu. Terdapat 2
tipe dasar sinyal, yaitu:
1.
Sinyal waktu kontinyu (continous-time
signal)
2. Sinyal waktu diskrit (discrete-time signal)
Pada sinyal kontinyu,
variable independen terjadi terus-menerus dan kemudian sinyal dinyatakan
sebagai sebuah kesatuan nilai dari variable independen. Sebaliknya, sinyal
diskrit hanya menyatakan waktu diskrit dan mengakibatkan variabel independen
hanya merupakan himpunan nilai diskrit.
Fungsi sinyal dinyatakan
sebagai x dengan menyertakan variable dalam tanda (.). Untuk membedakan
antara sinyal waktu kontinyu dengan sinyak waktu diskrit digunakan symbol t untuk
menyatakan variable kontinyu dan simbol n untuk menyatakan variable
diskrit. Sebagai contoh sinyal waktu kontinyu dinyatakan dengan fungsi x(t) dan
sinyal waktu diskrit dinyatakan dengan fungsi x(n). Sinyal waktu diskrit
hanya menyatakan nilai integer dari variable independen.
2.1.2. Sinyal Waktu Kontinyu
Suatu sinyal x(t) dikatakan
sebagai sinyal waktu-kontinyu atau sinyal analog ketika memiliki nilai riel
pada keseluruhan rentang waktu t yang ditempatinya. Sinyal waktu kontinyu dapat didefinisikan dengan
persamaan matematis sebagai berikut.
f (t)≈ (− ∞, ∞) (1)
Fungsi Step
(undak) dan Fungsi Ramp
(tanjak)
Berikut ini ditunjukkan dua contoh sederhana pada
sinyal kontinyu yang memiliki fungsi step (undak) dan fungsi ramp (tanjak). Sebuah fungsi step
seperti pada Gambar 2.2a, dapat diwakili dengan suatu bentuk matematis
sebagai:
Di sini fungsi
undak (step) memiliki arti bahwa amplitudo pada u(t) bernilai nol
pada t < 0 dan bernilai satu untuk semua t ≥ 0.
Gambar 2.2. Fungsi Step dan Fungsi Ramp Sinyal
Waktu Kontinyu
Untuk suatu sinyal waktu-kontinyu x(t),
hasil kali x(t)u(t) sebanding dengan x(t) untuk t > 0
dan sebanding dengan nol untuk t < 0. Perkalian pada sinyal x(t) dengan
sinyal u(t) mengeliminasi suatu nilai non-zero(bukan nol) pada x(t)
untuk nilai t < 0.
Fungsi ramp (tanjak)
r(t) didefinisikan secara matematik sebagai:
Perhatikan
bahwa untuk t > 0, slope (kemiringan) pada r(t) adalah
senilai 1. Sehingga pada kasus ini r(t) merupakan “unit slope”,
yang mana merupakan alasan bagi r(t) untuk dapat disebut sebagai unit-ramp
function. Jika ada variable K sedemikian hingga membentuk Kr(t),
maka slope yang dimilikinya adalah K untuk t > 0. Contoh
bentuk gelombang fungsi ramp ditunjukkan pada Gambar 2b.
Sinyal
Periodik
Sinyal-sinyal periodik muncul secara alamiah dalam
sistem-sistem dimana terjadi rotasi (putaran), misalnya roda gigi atau gearboxes.
Pada pembahasan lain akan diperlihatkan bagaimana sinyal-sinyal periodik dapat
digunakan untuk mempermudah pengujian sebuah sistem; biasanya respon sistem
juga berupa sinyal periodik (untuk sistem linier). Dengan demikian sinyal
deterministik dapat dibagi menjadi dua jenis sinyal yaitu sinyal periodik dan
sinyal aperiodik. Sinyal aperiodik merupakan sinyal yang tidak memenuhi
sifat periodik.
Gambar 2.3 Klasifikasi sinyal deterministik; periodik dan aperiodik
Ditetapkan T sebagai perioda berupa nilai
real positif. Suatu sinyal waktu kontinyu x(t) dikatakan periodik terhadap
waktu dengan periode T jika
x(t + T) = x(t) untuk semua nilai t, − ∞ < t <
∞
Sebagai
catatan, jika x(t) merupakan periodik pada periode T, ini juga
periodik dengan qT, dimana q merupakan nilai integer positif.
Periode fundamental merupakan nilai positif terkecil T untuk persamaan
(5). Suatu contoh, sinyal periodik memiliki persamaan seperti berikut:
x(t) = A cos(ωt + θ)
Disini A
adalah amplitudo, ω
adalah frekuensi dalam radian per detik (rad/detik), dan θ adalah fase dalam radian. Frekuensi f dalam
hertz (Hz) atau siklus per detik adalah sebesar f = ω/2π.
Untuk
melihat bahwa suatu fungsi sinusoida yang diberikan dalam persamaan berikut
adalah fungsi periodik, untuk nilai pada variable waktu t, maka:
Sedemikian
hingga fungsi sinusoida merupakan fungsi periodik dengan periode 2π/ω, nilai ini selanjutnya dikenal sebagai periode fundamentalnya. Sebuah
sinyal dengan fungsi sinusoida x(t) = A cos(ωt+θ) diberikan pada
Gambar 2.4, untuk nilai θ = −π/2 , dan f = 1 Hz.
Gambar 2.4. Sinyal
Periodik Sinusida
Perlu diperhatikan bahwa periodisitas tidak
berarti harus berbentuk sinusoidal, perhatikan gelombang kotak berikut ini yang
juga merupakan sinyal periodik.
Gambar 2.5. Gelombang kotak; sebuah sinyal periodik
Dalam pembahasan yang lanjut nantinya akan
dijelaskan bahwa gelombang kotak mempunyai bentuk fungsional (yaitu deret
Fourier) sebagai berikut.
yaitu
bahwa gelombang kotak tersusun atas superposisi (jumlahan) tak terhingga
gelombang sinus dengan periode τ,
τ /2, τ / 3, .... Hal terpenting yang terlihat di sini
adalah bahwa komponen dengan periode τ
/2, τ / 3, dst terus berulang setelah waktu τ yaitu S(t) = S(t + τ) dan gelombang kotak pada persamaan (1.7)
merupakan sinyal periodik. Dari kenyataan ini sinyal periodik dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu periodik frekuensi tunggal (monofrequency) dan
multifrekuensi (multifrequency).
Gambar
2.6 Klasifikasi Sinyal Periodik;
Frekuensi Tunggal dan Multifrekuensi
Periodisitas yang dinyatakan oleh persamaan (1.5) dan (1.6)
mengimplikasikan bahwa sinyal periodik berulang sepanjang waktu, sehingga
dengan demikian jenis sinyal aperiodik merupakan sinyal yang hanya ada pada
suatu waktu yang tertentu saja. Misalkan tanggapan pendulum teredam yang
dilepaskan dari posisi setimbang θ = θ0 pada saat t = 0 yang dinyatakan
dengan persamaan berikut.
y(t) =θoe-ct cos(ωt)
Gambar 2.7
Respon Transien
Sinyal ini hanya ada untuk waktu yang terhingga saja.
Meskipun nilai e-ct > 0, untuk sebarang waktu t, sistem riil akan dibawa ke titik
setimbang oleh efek pangkat-tinggi (higher order) daripada redaman.
Respon sistem ini diperlihatkan pada Gambar 2.7.
Sinyal-sinyal
yang hanya ada pada suatu jangkauan waktu yang tertentu saja disebut transien.
Beberapa contoh untuk sinyal semacam ini adalah respon sistem terhadap eksitasi
berupa impuls, sebuah ledakan, atau petir (halilintar). Kebalikan dari sebuah
transien adalah sejenis fungsi aperiodik yang tak berhingga. Dalam hal ini periodisitas gagal tercapai karena satu
atau lebih parameter penting sinyal berubah. Misalnya rerata sinyal berubah.
y(t) = at + b cos (ωt)
Pada
Gambar 2.8 diperlihatkan satu contoh sinyal dengan rerata yang ubah waktu.
Gambar 2.8 Sebuah Sinyal dengan
Rerata Ubah Waktu
Sinyal seperti ini dapat terjadi pada sebuah mesin
yang hampir (mendekati) rusak, sehingga karakter yang demikian sangat penting
dalam usaha monitoring kondisi mesin. Jenis sinyal lain yang juga
penting adalah sinyal dengan amplitude yang ubah waktu yang dapat dinyatakan
dengan persamaan
y(t) = at cos (ωt)
Gambar 2.9 Sebuah Sinyal dengan Amplitude Ubah Waktu
Gambar 2.10 Sebuah Sinyal dengan Frekuensi Ubah Waktu
Sinyal
juga dapat bervariasi dalam frekuensinya, misalnya pada persamaan berikut:
y(t) = a cos (ωt2)
Dengan
demikian sinyal aperiodik dapat dibagi menjadi sinyal yang transien dan sinyal aperiodik tak berhingga (infinite aperiodic).
Gambar 2.11.
Klasifikasi Sinyal Aperiodik; Transien dan Infinite Aperiodic
2.1.3
Sinyal Diskrit
Pada teori system diskrit, lebih ditekankan pada
pemrosesan sinyal yang berderetan. Pada sejumlah nilai x, dimana nilai yang ke-x
pada deret x(n) akan dituliskan secara formal sebagai:
x = {x(n)}; −∞ < n < ∞
Dalam hal ini x(n) menyatakan nilai yang
ke-n dari suatu deret, persamaan di atas biasanya tidak disarankan untuk
dipakai dan selanjutnya sinyal diskrit diberikan seperti Gambar (4) Meskipun
absis digambar sebagai garis yang kontinyu, sangat penting untuk menyatakan bahwa
x(n) hanya merupakan nilai dari n. Fungsi x(n) tidak
bernilai nol untuk n yang bukan integer; x(n) secara sederhana
bukan merupakan bilangan selain integer dari n.
Gambar 2.12 Contoh discrete time signal (a) Digital Periodik (b) n positif
(c) discrete time (d) digital non periodik.
Sekuen
Impuls
Deret unit sample (unit-sampel sequence), δ(n), dinyatakan sebagai deret dengan
nilai:
Deret unit sample mempunyai aturan yang sama untuk
sinyal diskrit dan system dnegan fungsi impuls pada sinyal kontinyu dan system.
Deret unit sample biasanya disebut dengan impuls diskrit (diecrete-time
impuls), atau disingkat impuls (impulse).
Gambar 2.13. Sinyal Impuls
Sekuen Step
Unit step dihubungkan dengan unit sample sebagai:
Unit
sample juga dapat dihubungkan dengan unit step sebagai:
δ(n) = u(n) − u(n− 1)
Gambar
2.14 Sekuen Step
Sinus
Diskrit
Deret eksponensial real adalah deret yang nilainya
berbentuk an, dimana a adalah nilai real. Deret sinusoidal mempunyai
nilai berbentuk Asin(ωon + φ).
Gambar 2.15 Sinyal Sinus Diskrit
Deret y(n) dinyatakan
berkalai (periodik) dengan nilai periode N apabila y(n) = y(n+N) untuk
semua n. Deret sinuosuidal mempunyai periode 2π/ ω0
hanya pada saat nilai real ini berupa berupa bilangan integer. Parameter ω0
akan dinyatakan sebagai frekuensi dari sinusoidal atau eksponensial
kompleks meskipun deret ini periodik atau tidak. Frekuensi ω0 dapat
dipilih dari nilai jangkauan kontinyu. Sehingga jangkauannya adalah 0 < ω0
< 2π (atau -π < ω0 < π) karena deret sinusoidal atau
eksponensial kompleks didapatkan dari nilai ω0 yang bervariasi dalam
jangkauan 2πk <ω0< 2π(k+1) identik untuk semua k sehingga
didapatkan ω0 yang bervariasi dalam jangkauan 0 < ω0
< 2π.